INI DESA SIDODADI
Alam, budaya, religi, semua tersedia di kampong yang dikenal dengan desa Sidodadi terletak di kecamatan Bandar dan Kabupaten Bener Meriah. Desa Sidodadi memiliki jumlah 677 orang penduduk yang mayoritas bermata pencarian sebagai petani kopi. Apabila kita berbicara tentang desa, maka alam merupakan aspek yang perlu di eksplor, begitu pula dengan alam di desa sidodadi memiliki topografi wilayah dataran tinggi bahkan ketika kita melihat sekeliling desa di suguhi dengan pemandangan kebun kopi yang sangat luas.
Selain ketika cuaca mendukung juga akan terlihat gunung berapi yang ada di sela-sela bukit Bener Meriah, dan dari sepanjang jalan kita dapat melihat hamparan kebun kopi yang luas dengan keindahan yang luar biasa ketika buah kopi ini akan terlihat rapi dengan warna merah memanjakan mata kita
Selain hamparan kebun kopi kita juga bisa melihat deretan pohon apokad, pohon jeruk dan pohon teh yang terletak di sela-sela perkebunan kopi. Dari perkebunan kopi ini kita juga bisa melihat pemandangan bukit-bukit yang mengelilingi kampung sidodadi dimana bukit-bukit yang memberi kepuasan tersendiri saat kita melihat nya dengan di hiasi awan-awan putih yang terkandang menutupi bukit-bukit tersebut membuat lebih indah saat kita memandang nya.
Selain beberapa hal indah di kampung Sidodadi ada juga kebiasaan masyarakat yang setiap pagi nya pergi ke perkebunan kopi masing-masing untuk seraya mengutip hasil perkebunan selama ini, serta juga bercocok tanam kembali dengan tanaman-tanaman yang berbeda seperti caplak atau yang kita sebut cabe kecil, sejenis labu dan tanaman lain nya. Serta kebiasaan yang masih dilestarikan yaitu seperti rewang yang merupakan acara gotong royong yang lebih condong ke hajatan sebagai contoh ketika sebuah keluarga akan melaksanakan hajatan, maka mereka akan mengundang beberapa keluarga untuk membantu mempersiapkan pelaksanaan acara hajatan. Bantuan yang dilakukan misalnya menerima tamu, memasak hingga menyiapkan berbagai keperluan tamu undangan.
Itulah ulasan sedikit mengenai kampung Sidodadi yang selalu di banggakan. Kampung Sidodadi, kampong yang penuh dengan keindahan alam, kaya akan budaya, serta penuh dengan keramahan.
Keterkaitan batin penduduk asli desa Sidodadi dengan pedatang pasti akan ada, walaupun telah kembali ke kampung masing – masing rasa rindu ingin kembali pasti ada, begitu pula yang penulis rasakan. Walaupun tinggal dengan kelengkapan fasilitas kota, kemegahan bangunan kota, kecanggihan alat elektronik tetapi rasa ini tidak mungkin bisa untuk melepas akan kerinduan terhadap kampung sidodadi
TEMPAT BARU KELUARGA BARU
Di balik kampung yang indah terselip masyarakat yang ramah. Itulah julukan yang layak dan patut kami berikan untuk masyarakat Kampung Sidodadi Kecamatan Bandar Kabupaten Bener Meriah. Berawal dari perjuangan kami kelompok 39 dalam melaksanakan tugas akhir sebagai salah satu syarat study menuju wisuda amiin.
Beranjak dari pesisir pantai kota Lhokseumawe menuju negeri atas awan Kampung Sidodadi yang memiliki panorama indah, sejuk dengan di selimuti kabut di setiap pagi datang menjelang. Tidak hanya pesona alamnya yang indah, pesona kopi yang beragam coraknya memiliki rasa, khas yang di akui kelezatannya di dunia, yang terkenal dengan nama ‘Kopi Gayo’.
Begitu terpesona melihat alam yang hijau nan elok di mata, sejuk, damai, bunga-bunga bermekaran di pagi hari dan menguncup di sore hari dengan beragam coraknya, pohon-pohon nan rindang begitu damai hati merasakannya, yang jauh dari butiran debu.
Inilah kisah kami, kisah anak rantau kelompok 39 yang berjuang mendapatkan ilmu baru, pengalaman baru dan tentunya keluarga baru. Tidak terbesit sedikitpun di hati kami anak rantau ini, di terima dan di sambut dengan sepenuh hati layaknya anak sendiri yang baru pulang merantau di negeri orang, kami di jaga dan di rawat dengan sepenuh hati tanpa mengharap balasan sedikitpun dari kami, walau berbeda tradisi tapi saling melengkapi dan berbagi. Alangkah bahagia hati di terima dengan suka rela tanpa mengetahui seluk beluk kami, berbagi cerita, suka dan duka, tangis dan tawa kami rasakan bersama.
Kampung sidodadi mempuyai beragam suku, yang di antaranya : Aceh, Jawa, Padang, Batak Dan Gayo. Penduduk kampung sidodadi mayoritasnya adalah jawa, jadi di setiap acara yang di laksanakan di sidodadi kebiasaanya menggunakan adat atau budaya dari jawa, seperti rewang ke tempat acara pesta dan sunnah rasul, rewang ini dalam wujud mengikatkan tali silaturahmi dengan sesama anggota masyarakat baik itu dari segi masak-memasak, gotong royong membuat tempat pelaminan dan masih banyak kegiatan lainnya yang dilakukan berturut-turut sampai tiga hari lamanya.
Bagi kami anak rantau, kami juga ikut berpartisipasi dalam hal kegiatan yang dilakukan di kampung sidodadi tersebut, seperti membantu dalam segi memainkan musik Canang yaitu alat musik asli jawa yang terdiri dari gerincing, tong, gendang, yang di pukul pakek kayu yang sudah di modivikasikan, terkadang kamipun jadi biduan sehari, menyumbangkan satu atau beberapa buah lagu untuk menghibur masyarakat yang berada di tempat acara tersebut. Itu merupakan kesenangan bagi diri kami masing-masing. Rata-rata masyarakat Sidodadi hampir semuanya bisa menyanyi, itu merupakan hal yang lumrah bagi mereka.
Masyarakat sidodadi masih sangat kental adat dan budayanya, begitu juga agamanya, mereka memiliki agama yang sangat kuat, tempat ibadah tidak pernah kosong sedetikpun pada saat waktu shalat datang. Mengikuti zikir akbar yang dilaksanakan di setiap kampung seperti kampung, jadi sepakat, petukel blang jorong, paya baning, dan masih banyak kampung lainnya. Ibu-ibu sidodadi membuat pengajian di setiap rumah pada setiap hari jumat, dan hari sabtunya pengajian di mesjid bersama ustad dan bapak imam beserta ibu-ibu sidodadi. Tidak ada sedikitpun keraguan di hati mereka untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Mereka juga terlihat kompak membantu sesamanya tanpa harus kita yang mengundang terlebih dahulu, seperti salah satu contoh yaitu di rumah tgk imam dan ibu imam, mereka mau mengadakan acara sunnah rasul yang akan di adakan setelah hari raya idul fitri, tiba-tiba ada orang yang memberikan kayu untuk persiapan acara tersebut satu mobil truk penuh, tgk imam sebenarnya tidak mengetahuinya, dan ke esokannya tiba-tiba beberapa orang datang membantu membelah-belah kayu tersebut, tanpa di ketahui juga, kami sebagai tuan rumah saat itu hanya membantu ibu imam memasak untuk mereka, mereka tidak memaksa untuk di berikan makanan begitupun upah, mereka melakukannya dengan ikhlas dan tidak mengharapkan imbalan. Begitulah mereka dengan kesederhanaan yang dimiliki semua terasa seperti keluarga, karena semua perbuatan tidak harus di balas dengan materi.
Dan kembali lagi pada kisah kami, kisah anak KPM yang merantau ke negeri dingin, kami di bimbing dan di arahkan dengan sangat baik oleh pejabat-pejabat kampung dan juga masyarakatnya. kami mempunyai anggota 12 orang, yang terdiri dari 10 wanita dan 2 pria, di sana kami di bagi menjadi 4 kelompok, di rumah tgk Imam 4 orang, pak Reje 3 orang, pak BPK 3 orang dan di rumah Desa 2 orang. Dari seluruh kelompok KPM hanya kelompok 39 yang tidak di satukan dalam satu tempat, karena dari masing-masing mereka meminta kami untuk tinggal di tempatnya untuk dijaga dan dibimbing secara langsung supaya terciptanya hubungan kekeluargaan.
Sebenarnya kami sangat senang di perlakukan istimewa ketimbang kelompok lain, akan tetapi efek dari di pisahkannya kami dengan sesama anggota kelompok kami, kurangnya komunikasi antarsesama anggota, kurangnya kekompakan kami satu sama lain dikarenakan jarak, dan kurangnya pengetahuan kami tentang asal usul anggota kelompok. Karena perkenalan kami berawal dari sini, dan semoga tidak berakhir dari sini juga.
Sidodadi, sampai kapanpun kalian akan selalu di hati dan jiwa kami, tidak pernah terbesit sedikitpun untuk melupakan kalian, tidak pernah sedikitpun terlupakan kenangan yang telah kalian berikan buat kami, kasih sayang setulus hati, yang kami tahu kalian adalah keluarga kami, kami merindukan kalian. Keluarga baruku.
SEMANGAT PETANI KOPI
Gunung-gunung yang menjulang tinggi berbaris rapi, pepohonan warna hijau tumbuh merata, daunnya yang lebat menutup tanah pegunungan cukup memanjakan mata dan membuat pikiran jadi jernih begitu indah panorama alam yang membuat kita betah berlama-lama berada disekitarnya. Udaranya yang dingin masih berasa segar tidak tercampur oleh debu dan polusi. Ini memang khas suasana pengunungan di Kabupaten Bener Meriah yang biasa disebut dengan negeri di atas awan.
Disinilah petualangan kami kelompok 39 dimulai. Banyak sekali pengalaman yang kami dapatkan ketika kami berada di kampung Sidodadi. Berbaur dengan masyarakat yang belum kita kenal sama sekali bukan hal yang mudah, kami harus beradaptasi dengan masyarakat kampung mungkin itu sulit, tapi setelah kami jalani bersama-sama itu bukan suatu hal yang sulit. Warga kampung yang mayoritasnya kebanyakan penduduknya orang Jawa yang dikenal dengan ramah-tamahnya, lembut serta sopan santun.
Pagi- pagi warga sibuk dengan aktivitasnya yang kebanyakan perkerjaan warga adalah petani kopi. Kebun kopi yang terbentang luas behektar-hektar kemana pun kita memandang yang hanya ada kebun kopi, yang menghijau dengan serentak. Bunga-bunga kopi yang bermekaran berwarna putih menambah cantinkya, buah kopi yang merah siap untuk dipanen.
Selangkah demi selangkah kami mulai mengayuh kaki menapaki jalan yang yang tidak terlalu lebar dan agak menanjak, perjalan yang cukup melelahkan bagi kami. Sesekali kami berhenti untuk mengatur nafas dan kemudian melanjutkan perjalanan, kami berhenti di sebuah gubuk kecil sembari beristirahat yang ada di sisi kiri dan kanan kami hanyalah pohon kopi yang menghijau. Kami menyaksikan pemandangan yang begitu indah yang memanjakan indra penglihatan.
Gerimis mulai turun membasahi pohon-pohon kopi suasana semakin mendingin menusuk ketulang-tulang terasa kaku dan menggigil, tetapi para petani kopi tidak kenal lelah masih saja dengan perkerjaannya memetik kopi demi kopi, tidak menghiraukan tubuhnya dibasahi oleh hujan seolah mereka sudah bersahabat dengan cuaca. Semangat mereka yang membuat kami semua terkagum. Begitulah perjuangan mereka dalam mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya.
Para petani kopi berkerja dari terbit fajar hingga mata hari terbenam, sehingga mereka jarang mempunyai waktu luang untuk hal-hal yang lain bagi mereka mengutip kopi adalah hal yang sangat penting harus mereka kerjakan. Melihat semangat para petani kopi kami pun mulai berbincang-bincang dengan mereka.
Kami pun membantu memetik kopi yang berwarna merah tua bertaburan begitu banyaknya disetiap batang. Cara yang unik memetik kopi butuh kesbaran ekstra, kami harus berbaris demi baris agar tidak ada yang tertinggal. Ada keseruan tersendiri yang kami dapatkan. Rasa lelah seakan hilang di saat sama-sama berkerja dan bercanda ria.
Berhenti sejenak karena waktu makan siang telah tiba. Memasak ditengah-tengah kebun kopi ada kesan yang tidak bisa dilupakan. Gubuk kecil tempat kami berteduh yang hanya beralaskan papan yang kayunya sudah mulai lapuk. Setelah makannya matang kami makan bersama walaupun makan seadanya, jika bersama-sama terasa lebih nikmat dan berselera.
Banyak hal yang kami tanyakan kepada mereka dari mulai bagaimana cara memilih kopi yang berkualitas untuk menghasilkan bubuk kopi yang enak, sampai kami menayakan harga biji kopi perkalengnya, lumanyan mahal juga harga biji kopinya. Bagaimana tidak semangatnya para petani kopi dalam menjalankan tugas harga kopi bisa menjamin masa depannya, bisa kita katakan seperti itu.
Bukanlah hal yang mudah berprofesi sebagai petani kopi. Banyak hal yang selalu harus dikerjakan mulai dari menanam bibit kopi, memupuknya dan lain sebagainya. Proses demi proses yang dijalani, tahap demi tahap dilewati untuk menghasilkan kopi yang berkualitas untuk bisa diimpor ke berbagai negara yang ada di dunia.
Betapa sabarnya sang petani kopi yang tidak pernah mengenal lelah di bawah terik mentari, tubuhnya terbakar tidak dihiraukan. Bahkan hujan es sekalipun diterjang semangatnya luar bisa. Kami belajar banyak hal dari para petani kopi, banyak sekali kesan dan pesan yang kami dapatkan. Karena dengan usaha yang sungguh-sengguh akan mendapatkan hasil yang memuaskan.
Begitulah pengalaman kami menjadi petani kopi, butuh kekompakan dan kebersamaan yang begitu erat agar menghasilkan hasil yang baik. Kesan yang kami dapatkan adalah berkerja tidaklah mudah banyak sekali rintangan dan tantangannya untuk mencapai hasil yang maksimal. Belajar dari pengalaman adalah hal yang terbaik untuk mencapai kesuksesan.


Goot
BalasHapusGoot
BalasHapusPosting Komentar